Judul : Ahlus Sunnah Kok Ngurusin KKR Kebaktian Natal? Waah Sesat!
link : Ahlus Sunnah Kok Ngurusin KKR Kebaktian Natal? Waah Sesat!
Ahlus Sunnah Kok Ngurusin KKR Kebaktian Natal? Waah Sesat!
Ahlus Sunnah Kok Ngurusin Natal? Waah Sesat!
Penulis : Alifurrahman
Terkait pembubaran kebaktian natal di Bandung, sampai pagi ini masih menyisakan tanda tanya yang lucu. Sebab yang membubarkan kegiatan natalan tersebut mengatas namakan diri dari ormas Pembela Ahlus Sunnah (PAS). Ini sepertinya nama ormas baru, anak cabang dari ormas-ormas radikal yang sering teriak-teriak itu. Beda kemasan, isinya sama, itu-itu juga.
Yang membuat saya bertanya-tanya dan geli sendiri bukan soal cara mereka yang hadir dengan nama baru, tapi pemilihan nama yang sangat absurd: Pembela Ahlus Sunnah. Bagaimana caranya Ahlus Sunnah dibela? Ahlus sunnah ini bahasa arab yang secara bahasa ahlu berarti keluarga atau kelompok, sementara sunnah ya sunnah, hal yang dilakukan mendapat pahala dan jika tidak juga tidak berdosa. Namun secara istilah, ahlus sunnah berarti kelompok orang yang berkomitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Toriqohnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqh) dan hakikat (akhlak).
Jadi kalau mereka kemudian membubarkan kegiatan kebaktian natal, ini jadi geli-geli barokah. Bagaimana bisa ahlus sunnah mengurusi kebaktian natal? Ikut campur bahkan membubarkan? Sebab ahlus sunnah seharusnya merupakan pengikut sunnah nabi dan tidak ada dalam teori atau sejarahnya nabi membubarkan kebaktian natal atau merecoki ritual keagamaan orang lain.
Lebih geli lagi karena mereka menempatkan kata “pembela.” Ini kalau diartikan secara serius, artinya dengan membubarkan kebaktian natal tersebut, mereka sedang membela ahlus sunnah. Sebentar, ini memang semakin tidak jelas maksudnya, saya saja yang nulis ikut migren membayangkan pola pikir mereka yang semraut.
Oke begini, Ahlus sunnah ini seharusnya adalah muslim. Mereka harusnya membela muslim. Pertanyaannya apakah muslim terganggu dengan kegiatan kebaktian tersebut sehingga muncul Pembela Ahlus Sunnah? Tidak ada. Kegiatan kebaktian natal di gedung Sasana Budaya Ganesha atau Sabuga Bandung sudah berlangsung sejak tahun 2000. Artinya sudah 15 tahun dan tidak pernah ada masalah atau pembubaran. Baru hari ini muncul ormas yang entah kapan berdirinya dan mengaku Pembela Ahlus Sunnah.
Jadi kemungkinannya ada tafsir lain. Tapi sebelum itu mari kita baca alasan PAS menolak kegiatan kebaktian natal dan membubarkannya.
“Ini kan acara keagamaan, kita enggak masalah. Enggak ada pelarangan. Nah untuk melaksanakan natal sesuai keyakinannya, kita menyarankan kegiatannya dilakukan di tempat semestinya sesuai undang-undang. Ya acara natal dilakukan di gereja, bukan di Gedung Sabuga,” kata ketua PAS Muhammad Roin.
Saya berasumsi tidak ada ummat muslim yang perlu dibela dengan membubarkan kegiatan kebaktian natal sebab selama 15 tahun tidak pernah ada masalah. Kalau sekarang ada yang beralasan kegiatan keagamaan harus dilakukan di tempat ibadah masing-masing, ini menjadi alasan yang paling tidak pintar sepanjang sejarah peradaban manusia jaman onta sampai toyota (saya enggan gunakan kata bodoh, nanti ada yang kejang-kejang soal akhlak).
Oke lanjut, jika sebenarnya tak ada ummat muslim yang terganggu dengan kegiatan kebaktian natal, lalu mengapa ada yang merecoki?
“itu kan kejadian kecil yang tidak mengganggu apa-apa saya kira,” kata Aher, Gubernur Jabar, saat ditanya soal pembubaran kebaktian kebangunan rohani (KKR).
Bayangkan, jika kegiatan KKR dibubarkan hanya dianggap kejadian kecil yang tidak mengganggu apa-apa, logikanya jika kegiatan KKR tidak dibubarkan berarti jauh lebih tidak mengganggu apa-apa. Ya kan? Kembali saya ulangi pertanyaan yang sama, lalu kenapa mereka ormas PAS merecoki? Apalagi mengatasnamakan Pembela Ahlus Sunnah, apa hubungannya dengan ahlus sunnah? Apa hubungannya kebaktian natal dengan ahlus sunnah? Apa kebaktian mereka anggap bagian dari sunnah? Sehingga mereka menyarankan kebaktian natal diselenggarakan di gereja? Bukankah secara bahasa sunnah berarti menyarankan atau menganjurkan, yang jika ditaati mendapat pahala dan jika tidak maka tidak berdosa. Astagaaa ini ormas sesat kalau sampai mengurusi ibadah agama lain mengatasnamakan agama Islam.
Sudah jelas di dalam Alquran, lakum diinukum walyadin. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Lagipula sepertinya ormas PAS ini baru lahir dari rahim ibu tapi langsung sweeping. Jadi tidak tau kalau beberapa hari sebelumnya di Monas ada shalat jumat berjamaah mencapai 7 juta orang menurut kesepakatan Google dan Habib Rizieq.
“Diperkirakan peserta aksi 411, aksi bela islam yang kedua, yang turun adalah 3,2 juta orang. Sementara aksi 212, itu disepakati jumlahnya dengan google map, foto dari ats, itu lebih dari dua kali lipat.”
Entah bagaimana google map bisa sepakat dengan Habib Rizieq, that was antoher long story. Bisa pajang urusan kalau dibahas di sini. Pada intinya begitu. Ummat Islam shalat jumat di Monas dan jalan raya saja tak ada non muslim protes, masa kebaktian natal yang diadakan di dalam gedung dan sudah bayar sewa mereka bubarkan? Ini kan namanya titik-titik. Kelakuannya mirip onta firaun.
Terakhir, saya sebenarnya curiga ormas tersebut sebenarnya titisan ormas si anu yang lagi sekarat itu. Tapi karena saya dilarang berprasangka buruk, mungkin saya ingin beri masukan atau saran. Jika memang Pembela Ahlus Sunnah, ya mari mengerjakan ajaran Nabi Muhammad. Yang bukan ajaran Nabi apalagi bukan ajaran Islam, tak perlu lah ikut campur. Saudara kita ummat kristen itu lebih tau cara beribadah di agamanya. Kalau mereka mau di Sabuga dan selama ini di Sabuga, kalian jangan sok tau menyarankan di gereja. Kalian itu tak tak apa-apa.
Selengkapnya :
http://ift.tt/2h5q0HZ
Demikianlah Artikel Ahlus Sunnah Kok Ngurusin KKR Kebaktian Natal? Waah Sesat!
Sekianlah artikel Ahlus Sunnah Kok Ngurusin KKR Kebaktian Natal? Waah Sesat! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Ahlus Sunnah Kok Ngurusin KKR Kebaktian Natal? Waah Sesat! dengan alamat link https://mukimukidi.blogspot.com/2016/12/ahlus-sunnah-kok-ngurusin-kkr-kebaktian.html